top of page

Sebuah pelajaran tentang kepedulian

Tresya Serang adalah seorang wanita berusia 47 tahun, tinggal bersama suaminya, Heri Pesireron, di Kaibobo. Mereka memiliki empat anak: Dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Semuanya telah meninggalkan Kaibobo demi kondisi pendidikan yang lebih baik. Mereka memilih fokus kepada kesehatan, perikanan dan ekonomi, atau manajemen sosial, tetapi karena Kaibobo bukanlah tempat bagi mereka untuk mengembangkan karir dibidang tersebut, mereka mungkin tidak akan kembali.

Tresya lahir pada tahun 1970 di Ariate, sebuah kota kecil yang - sampai 1950 - adalah dulunya dari Kaibobo. Sampai tahun 1983 ia tinggal di sana tapi kemudian berangkat ke Ambon untuk menempuh SMP dan SMA. Dia tinggal di Ambon selama 16 tahun dan bisa melihat kehidupan apa yang dapat ditawarkan oleh pendidikan yang lebih baik. Saat itu, dia memilih menikah dan dia mulai berkuliah di jurusan Biologi, yang kemudian harus dihentikannya.

Ketika Tresya dan Heri, suaminya, kembali ke Kaibobo, mereka merasa disambut oleh masyarakat. Juga, karena yayasan mereka yang memiliki pengaruh besar untuk Kaibobo. Yayasan, yang disebut Yayasan Sosial Kasih Ibu Abadi berfokus pada isu-isu sosial. Dengan yayasan tersebut, mereka bisa membangun taman kanak-kanak di Kaibobo, mendirikan kelas bahasa Inggris, menyediakan makanan untuk orang miskin dan manula. Tresya menjadi kepala sekolah TK dan setelah beberapa tahun menjelang, dia diminta untuk mengajar bahasa Inggris di desa tersebut. Kemungkinan yang ditawarkan pasti harus dia manfaatkan. Pada tahun 2005, ia memulai pendidikan dengan gelar sarjana teologi lagi dan menjadi guru nasional resmi Indonesia sebelum pindah ke Kaibobo. Keduanya, Tresya dan Heri, bisa merasakan betapa bersyukurnya masyarakat Kaibobo dan tidak pernah merasa mengambil keputusan yang salah dengan kembali ke Kaibobo.

Masalah sosial yang besar di Maluku adalah kemiskinan dan kemelaratan. Oleh karena itu, mereka mencoba menyelesaikan masalah dan menjalin kemitraan dengan Jamsostek, yaitu asuransi sosial bagi pekerja sektor swasta di Indonesia. Apa yang mereka lakukan adalah memberikan akomodasi atau uang kepada masyarakat, terutama anak-anak, yang hidup dalam kondisi tidak memungkinkan. Tresya mengumpulkan data penduduk desa Kaibobo dan mencoba mendapatkan dukungan untuk membantu masyarakatnya. Tapi bukan hanya masyarakat di Kaibobo, dia juga membantu desa lain seperti Tihulale atau Lohia Tala.

Tresya memilih pekerjaannya sebagai guru karena dia suka menghabiskan waktu bersama anak-anak, melihat mereka maju dan membantu mereka menjalani hidup penuh kebahagiaan dan kesenangan. Karena bekerja dengan yayasannya, dia telah belajar bagaimana melihat dunia melalui perspektif anak-anak yang kurang beruntung. Dia bisa mengerti bagaimana anak-anak tersebut memiliki perasaan marah, duka dan kesedihan setiap harinya. Dia bisa merasakan kesedihan anak-anak yang lebih memotivasi dirinya untuk bekerja sebagai guru. Seorang guru yang menunjukkan kepada anak betapa pentingnya pendidikan, betapa pentingnya bersenang-senang sambil belajar. Dan untuk memberi tahu mereka bahwa ada banyak pilihan berbeda di luar sana menyangkut pendidikan.

 "Pendidikan adalah kunci utama anak-anak untuk keluar dari kemiskinan dan setiap anak layak mengalami kemuliaan yang ditawarkan kehidupan." - Tresya Serang

Oleh karena itu, keinginannya untuk Kaibobo adalah menemukan lebih banyak guru untuk mendidik anak-anak yang menakjubkan di desa ini. Satu-satunya masalah yang dia lihat dalam mendapatkan guru yang mau bekerja di Kaibobo adalah karena mereka terisolasi. Orang-orang sekarang lebih suka tinggal di kota-kota di mana mereka memiliki lebih banyak kemungkinan dan di mana mereka tidak terisolasi. Tapi dia juga berpikir, bahwa jalan yang baru dibangun pemerintah akan sangat membantu Kaibobo dalam hal pendidikan.

"Meskipun Kaibobo mungkin terpencil, itu juga sepert selai tersembunyi. Surga yang penuh dengan cinta dan kebaikan. Penuh apresiasi dan kemauan untuk belajar. "- Tresya Serang

Tapi melihat anak-anak saat ini mengelilingi desa, mencoba berbicara dalam bahasa Inggris bersama kami dan dikelilingi oleh kilau rasa syukur ini memberi harapan dan keyakinan bagi Tresya bahwa situasi mereka akan segera berubah. Menurutnya, memiliki Tim Wonderful Kaibobo di Kaibobo telah membawa dampak positif yang besar dan dia berharap ini baru permulaan untuk era baru yang glamor untuk Kaibobo. Dia sekarang lebih percaya, bahwa pelancong bisa menemukan jalan mereka ke Kaibobo dan berbagi budaya mereka. Tresya tidak menganggap uang lah yang menjadi nilai yang sangat besar untuk memperbaiki keadaan kehidupan di Kaibobo. Namun, pengalaman dan cintalah yang membuat hidup berharga.

"Di dunia ini, tidak ada kesempurnaan. Akan selalu ada orang kaya dan juga orang miskin. Yang bisa kita lakukan hanyalah berbagi apa saja yang kita miliki. Kita harus menciptakan kesetaraan mengingat berbagi berarti peduli. "- Treysa Serang

Dilbuat pada: 31-05-2017
Diterbitkan pada: 01-07-2017 
Ditulis oleh: Teresa Cancola
Fotografer: Teresa Cancola

- Tresya Serang dengan ceritanya mengenai pentingnya pendidikan
bottom of page